Pages

Kesiapan Menghadapi Wawancara Kerja

22 November, 2009


Wawancara kerja (job interview) saat ini merupakan salah satu cara yang sangat populer dalam metode untuk menyeleksi karyawan. Bagi perusahaan-perusahaan kecil dan menengah wawancara kerja merupakan metode yang paling sering diandalkan, mengingat biaya yang dikeluarkan relatif murah dan metode ini juga mudah digunakan bagi petugas seleksi. Wawancara kerja sebenarnya merupakan sarana yang memberikan kesempatan kepada pelamar (calon karyawan) untuk mengubah lowongan kerja menjadi penawaran kerja. Mengingat bahwa wawancara tersebut merupakan suatu proses pencarian pekerjaan yang memungkinkan pelamar untuk memperoleh akses langsung ke perusahaan yang dituju, ,maka “performance” wawancara kerja merupakan suatu hal yang krusial dalam menentukan apakah pelamar akan diterima atau ditolak.
Namun, banyak pelamar yang merasa bingung saat harus menghadapi wawancara, meskipun telah sering di wawancara pelamar masih merasa gugup harus mempersiapkan diri seperti apa sebelum menghadiri wawancara kerja tersebut. Hal ini memberikan pertanyaan kepada para pelamar bagaimana menghadapi wawancara seleksi dengan harapan para kandidat dapat mempersiapkan diri lebih baik.
Sebelum membahas lebih jauh, tentang bagaimana menghadapi wawancara kerja, sebaiknya kita mengetahui terlebih dahulu apa itu wawncara kerja dan apa tujuanya?
Secara singkat, wawancara adalah salah satu metode penggalian data atau informasi yang sangat penting dan relatif paling sering digunakan untuk mengukur kemampuan individu. Wawancara umumnya dilakukan secara tatap muka antara satu orang kandidat dengan satu orang pewawancara. Namun ada juga wawancara yang dilakukan dengan menghadirkan beberapa orang pewawancara secara bersamaan ataupun terpisah satu per satu (biasa disebut wawancara panel). Lamanya wawancara bervariasi, biasanya sekitar 30 menit hingga 2 jam, namun ada juga yang sangat singkat hanya dalam hitungan waktu 5 – 15 menit. Semuanya tergantung tujuan dan teknik wawancara yang digunakan.

Di dalam proses seleksi, tujuan wawancara secara umum adalah memperoleh sejumlah informasi penting yang dibutuhkan untuk mengukur aspek perilaku tertentu. Informasi tersebut umumnya sulit diperoleh hanya melalui tes tertulis saja. Hingga saat ini, wawancara merupakan salah satu alat terpenting yang digunakan dalam asesmen calon karyawan. Selain menggali informasi, wawancara juga digunakan untuk mengklarifikasi ataupun mengkonfirmasi data yang sudah diperoleh, misalnya hal-hal yang tercantum dalam riwayat hidup.
Setelah mengetahui pemahaman tentang wawancara, bagaimana cara untuk menghadapi wawancara kerja itu sendiri, berikut ini beberapa persiapan yang harus dilakakukan calon pelamar yaitu :
Persiapan

1. Cari informasi mengenai posisi/pekerjaan dan perusahaan sebelum wawancara, ada baiknya mencari informasi mengenai perusahaan yang ingin dilamar agar lebih siap dan memiliki gambaran lebih jelas tentang pekerjaanya. Misalnya bertanya pada kenalan yang kebetulan bekerja di perusahaan tersebut, mencari informasi dari situs perusahaan di internet, membaca artikel atau berita terkini yang memuat info tentang perrkembangan perusahaan dan sebagainnya.
2. Cari tahu lokasi tempat wawancara, lakukan survey ke lokasi tempat sebelum hari-H. jika tidak memungkinkan, pelajari peta menuju ke sana termasuk rute jalan serta rute kendaraan umum yang ada (jika tidak membawa kendaraan sendiri). Tujuannya agar memiliki gambarab yang jelas mengenai lokasi wawancara dan dapat memperkirakan waktu yang dibutuhkan untuk tba di lokasi.Banyak pengalaman yang terjadi kandidat datang terlambat ke lokasi wawancara hanya karena tidak bisa mengantisipasi jarak dan kendala yang mungkin timbul (jalan macet, bis penuh atau kendaraan mogok). Keterlambatan kehadiran saat wawancara akan membawa pengaruh yang negatif bagi kandidat sendiri, mereka akan menjadi tegang, lelah dan terburu-buru sehingga tidak sempat mempersiapkan diri lebih baik sebelum memasuki ruangan wawancara. Bahkan mungkin saja peluang wawancara akan hilang terutama apabila ada sejumlah kandidat yang harus diwawancara sementara waktu yang tersedia sangat terbatas.

3. Pilih busana yang paling pantas atau sesuai dan nyaman dikenakan. Penampilan memang bukan aspek penilaian, tapi merupakan salah satu faktor penunjang penilaian. Untuk pekerjaan tertentu, aspek penampilan menjadi aspek yang cukup siginifikan. misalnya untuk posisi tenaga pemasaran, petugas customer service, pembaca berita atau presenter di televisi, dan sebagainya. Kenakanlah busana yang sopan dan sesuai untuk berada di sebuah perusahaan.
4. Berlatih wawancara Jika belum pernah menghadapi wawancara seleksi, perasaan cemas umumnya dirasakan. Hal ini dapat menyebabkan kesulitan untuk mengekspresikan pendapat dan ide-ide dengan lancar dan jelas. Ada baiknya berlatih wawancara dengan rekan atau kenalan anda sambil mempelajari atau mengantisipasi pertanyaan-pertanyaan yang mungkin muncul. Namun, hindari untuk menghafal jawaban karena hal ini akan membuat kesan kaku dan kurang spontan dalam menjawab pertanyaan.
Pada saat wawancara

1. Hadir tepat waktu. Jika datang terlambat, ketegangan dan sikap terburu-buru akan menyebabkan anda “sibuk” mengatasi hal tersebut di awal wawancara sehingga perhatian terhadap isi wawancara menjadi kurang. Keterlambatan juga bisa dianggap sebagai indikasi salah satu bentuk kurangnya keseriusan kandidat dalam mengikuti seleksi ataupun perencanaan waktu yang minim dari kandidat. Oleh karena itu usahakan untuk tidak terlambat saat wawancara. Sebaiknya hadir 30 menit sebelum waktunya agar dapat mempersiapkan diri.
2. Bersikap tenang dan percaya diri Masuki ruangan dengan sikap tenang dan percaya diri, jangan gugup meskipun  menyadari sedang “dinilai” oleh pewawancara. Perhatikan sikap tubuh sendiri ketika berjalan, usahakan untuk berjalan dengan sikap tegak tapi tetap rileks dan tersenyum kepada pewawancara. Saat duduk, atur posisi yang cukup rileks dan nyaman, letakkan tas atau barang bawaan anda di tempat yang tidak menghalangi gerak-gerik pada saat berbicara. Ketegangan dan rasa cemas menghadapi wawancara adalah hal yang wajar. Namun, umumnya dengan sikap percaya diri dan tenang, perasaan tersebut akan dapat segera diatasi. Mungkin 5 menit pertama akan merasa tegang dan cemas, setelah itu dapat bersikap rileks dan tenang. Ketidakmampuan mengatasi perasaan cemas dan tegang selama wawancara akan mengakibatkan diri kurang optimal dalam mengungkapkan pendapat dan hasil pemikiran. Jika memang mudah cemas, atasi dengan menarik nafas dalam-dalam selama beberapa kali atau minum air putih sebelum memasuki ruangan wawancara.
3. Bicara secara jelas, sistematis dan elaborasi jawaban sesuai keperluan Hindari berbicara dengan kalimat-kalimat pendek tanpa elaborasi, terlebih disampaikan tanpa runtutan yang jelas. Pewawancara ingin memperoleh informasi yang jelas dalam waktu wawancara yang tersedia, oleh karena itu cobalah merangkaikan jawaban dan mengungkapkan pendapat dalam kalimat-kalimat yang jelas dan runtut. Jika perlu  dapat mengelaborasi jawaban dengan data atau informasi tambahan lainnya yang relevan. Hindari terlalu banyak menggunakan istilah asing atau jargon yang kurang dikenal orang. Atau jika terpaksa menggunakan, ikuti dengan padanan kata yang sesuai atau sedikit penjelasan. Untuk menampilkan kesan cerdas atau banyak pengalaman, tidak jarang kandidat berbicara panjang lebar dan bertele-tele terhadap suatu topik sehinga kurang peduli dengan waktu yang tersedia. Biasanya pewawancara yang terlatih akan meminta Anda kembali ke pokok pembicaraan. Namun demikian cobalah lebih peka, perhatikan isyarat atau sinyal dari pewawancara melalui bahasa tubuhnya untuk mengetahui pembicaraan anda sudah membosankan atau kurang menarik. Misal: pewawancara berulang kali melirik jam tangannya, berulang kali memandang ke sudut lain, atau melakukan hal-hal yang terkesan kurang mempedulikan pembicaraan.
 4. Bersikap terbuka dan jujur. Setiap kandidat tentunya ingin memperoleh pekerjaan yang dilamar sehingga umumnya akan membuat kesan yang sangat baik tentang dirinya. Dalam proses seleksi, wawancara adalah peluang untuk memberikan informasi yang lebih lengkap dan tepat tentang potensi dalam menempati posisi tersebut. Usahakan untuk bisa memunculkan apa yang menjadi kekuatan atau prestasi yang dimiliki. Jelaskan bukti-bukti kejadiannya, misalnya sering memenangkan lomba merancang program komputer, pernah menyelesaikan persoalan yang pelik, dan sebagainya. Sebaliknya, keterbukaan dan kesadaran tentang hal-hal yang menjadi keterbatasan diri juga bisa memberi kesan positif. Hal tersebut menunjukkan kematangan untuk bisa melihat kekuatan dan kelemahan diri sendiri. Kesemuanya itu, sisi yang baik dan juga hal-hal yang dirasa masih perlu ditingkatkan sampaikan mengacu pada pengalaman yang kongkrit dan data yang memang benar. Tidak jarang kandidat berbohong atau tidak berkata jujur agar dapat membentuk kesan yang sempurna atau seperti yang kira-kira diperlukan di pekerjaan itu. Pewawancara yang terlatih atau berpengalaman biasanya mampu membedakan informasi yang palsu dan yang benar.
5. Tunjukkan antusiasme dalam pembicaraan dan sikap tubuh. Sikap kurang antusias antara lain tercermin dari postur tubuh yang lesu/lunglai; duduk menyandar sambil menggoyang-goyangkan kursi; nada suara yang lemah serta jawaban-jawaban singkat tanpa upaya untuk mengelaborasinya. Misalnya: ketika diminta menceritakan alasan, jawaban yang sering keluar “Yaaa, begitu deh. “, atau ketika ditanya apa yang dirasakan ketika menghadapi suatu kejadian, jawabannya “Biasa-biasa saja kok.” Bangkitkan antusiasme sejak Anda mulai menjejakkan kaki di tempat wawancara, pikirkan hal-hal baik. Antusiasme akan membuat perasaan menjadi lebih ringan, wajah berseri-seri, dan sikap tubuh menjadi lebih bebas. Namun jangan berlebihan, misalnya jika duduk terlalu dekat dan sikap tubuh terlalu frontal ke arah pewawancara, bisa jadi timbul kesan dominan yang berlebihan dan agresif. Perhatikan juga, duduk dengan sikap tubuh menyandar dan kursi yang ditarik menjauhi pewawancara dapat menimbulkan kesan kurang percaya diri dan tegang, atau terkesan kurang menyukai kegiatan wawancara tersebut.
6. Bertanya jika diberi kesempatan. Jika Anda masih merasa belum jelas dengan beberapa hal terkait pekerjaan atau perusahaan yang telah dilamar, gunakan kesempatan bertanya yang diberikan. Atau jika tidak diberikan kesempatan khusus, mintalah ijin kepada pewawancar untuk bertanya.
7.Mengucapkan terima kasih saat akhir wawancara. Menyadari pentingnya kesempatan wawancara dalam proses seleksi bagi keberhasilan diterima tidaknya, jangan lupa ucapkan terima kasih kepada pewawancara atas kesempatan yang diberikan.
Semoga informasinya bermanfaat..
Diambil dari berbagai sumber




Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer